Belasan kilometer badan aspal jalan raya menuju Popoh, Tulungagung, Jawa Timur saat ini dalam kondisi rusak parah mengelupas pascabanjir bandang yang melanda kawasan tersebut, Selasa (7/4), padahal infrastruktur jalan itu baru selesai dibangun akhir 2014.
Kerusakan jalan yang memanjang mulai dari Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat hingga Besole dan Besuki di Kecamatan Besuki yang berbatasan langsung dengan wilayah Pelabuhan Popoh.
Badan aspal baru yang memiliki ketebalan sekitar 3-5 centimeter mengelupas dengan kondisi pecah berantakan, diduga akibat tak kuat menahan gerusan arus banjir yang sempat melanda daerah itu hingga ketinggian 1,5 meter.
"Sebagian sudah disingkirkan ke tepi jalan supaya tidak mengganggu apalagi melukai kendaraan yang melintas serta pejalan kaki. Sebelumnya, serpihan aspal itu sangat berbahaya karena pecahannya sangat tajam," tutur Andika, pekerja swasta asal perkampungan nelayan di Desa Sidem, Kecamatan Besuki.
Saat banjir terjadi, lanjut dia, sebagian besar kerusakan badan jalan tidak diketahui karena masih tertutup air.
"Kalau baru dibangun dan rusak, itu menandakan kualitas aspalnya jelek. Tanya kenapa pembangunan infrastruktur ini sangat buruk," kritiknya.
Keluhan yang bernada kekecewaan juga banyak dilontarkan sejumlah warga Besole maupun Campurdarat, dua kawasan yang selama ini dikenal sebagai kawasan kampung wisata industri marmer tersebut.
Akibat kerusakan infrastruktur tersebut, kata Marjuki, salah seorang warga Desa Ngentrong, Besole, akses perekonomian banyak terganggu.
Kerusakan diperkirakan akan semakin sangat parah, mengingat intensitas lalu lalang kendaraan berat sangat tinggi sebagai konsekwensi distribusi aneka produk marmer maupun hasil industri perikanan dari Pelabuhan Popoh.
"Bukan (kualitas) aspalnya yang jelek. Memang jalan kalau terkena arus banjir yang sangat kuat seperti itu tentu akan mengalami kerusakan," bantah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (PUBMCK) Kabupaten Tulungagung, Sutrisno.
sumber: kacamata tulungagung
Kerusakan jalan yang memanjang mulai dari Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat hingga Besole dan Besuki di Kecamatan Besuki yang berbatasan langsung dengan wilayah Pelabuhan Popoh.
Badan aspal baru yang memiliki ketebalan sekitar 3-5 centimeter mengelupas dengan kondisi pecah berantakan, diduga akibat tak kuat menahan gerusan arus banjir yang sempat melanda daerah itu hingga ketinggian 1,5 meter.
"Sebagian sudah disingkirkan ke tepi jalan supaya tidak mengganggu apalagi melukai kendaraan yang melintas serta pejalan kaki. Sebelumnya, serpihan aspal itu sangat berbahaya karena pecahannya sangat tajam," tutur Andika, pekerja swasta asal perkampungan nelayan di Desa Sidem, Kecamatan Besuki.
Saat banjir terjadi, lanjut dia, sebagian besar kerusakan badan jalan tidak diketahui karena masih tertutup air.
"Kalau baru dibangun dan rusak, itu menandakan kualitas aspalnya jelek. Tanya kenapa pembangunan infrastruktur ini sangat buruk," kritiknya.
Keluhan yang bernada kekecewaan juga banyak dilontarkan sejumlah warga Besole maupun Campurdarat, dua kawasan yang selama ini dikenal sebagai kawasan kampung wisata industri marmer tersebut.
Akibat kerusakan infrastruktur tersebut, kata Marjuki, salah seorang warga Desa Ngentrong, Besole, akses perekonomian banyak terganggu.
Kerusakan diperkirakan akan semakin sangat parah, mengingat intensitas lalu lalang kendaraan berat sangat tinggi sebagai konsekwensi distribusi aneka produk marmer maupun hasil industri perikanan dari Pelabuhan Popoh.
"Bukan (kualitas) aspalnya yang jelek. Memang jalan kalau terkena arus banjir yang sangat kuat seperti itu tentu akan mengalami kerusakan," bantah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya (PUBMCK) Kabupaten Tulungagung, Sutrisno.
sumber: kacamata tulungagung
0 komentar:
Posting Komentar